Equityworld Futures | Harga Emas Makin Berkilau Sambut Akhir Pekan
Equityworld Futures | Harga emas menguat menyambut akhir pekan ini didorong aksi beli. Ini karena investor merespons kekhawatiran pertumbuhan global dan sinyal resesi.
Harga emas untuk pengiriman April di Comex naik USD 5 atau 0,4 persen menjadi USD 1.312,30 per ounce. Harga emas mencetak kenaikan mingguan 0,7 persen. Ini menandai kenaikan selama tiga minggu berturut-turut, berdasarkan data FactSet.
Harga emas untuk kontrak paling aktif mencatatkan penutupan tertinggi sejak 28 Februari. Harga perak untuk pengiriman Mei turun tiga sen atau 0,2 persen ke posisi USD 15.407 per ounce, tetapi menguat 0,5 persen pada pekan ini.
Bursa saham AS dan Eropa juga tertekan usai rilis data ekonomi yang melemah. Indeks purchasing manager untuk zona Euro jauh lebih lemah dari yang diharapkan. Sementara itu, IMF manufaktur AS turun menjadi 52,5 pada Maret dari bulan sebelumnya 53.
Posisi 50 menunjukkan peningkatan kondisi, sedangkan di bawah posisi itu menandakan kontraksi. Melemahnya data menekankan kekhawatiran atas prospek pertumbuhan global dan memicu investor untuk memilih aset lebih aman.
Selain emas menguat, investor juga membeli obligasi pemerintah Jerman dan AS. Imbal hasil obligasi Jerman turun kembali di bawah 0 persen, untuk pertama kali sejak 2016.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga merosot 8 basis poin ke posisi 2,453 persen, dan diperdagangkan di bawah imbal hasil tiga bulan dan membalikkan bagian penting dari kurva imbal hasil untuk pertama kalinya sejak 2007.
Hal ini memicu indikasi resesi yang dicermati investor. Imbal hasil turun juga seiring harga obligasi naik.
"Seiring dengan emas, aset investasi aman untuk modal seperti obligasi AS dan yen Jepang telah reli sementara di tengah pasar saham berisiko terutama di Eropa. Komoditas terutama tembaga dan minyak mentah di bawah tekanan," tutur Chief Market Strategist SIA Wealth Management, Colin Cieszynski, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (23/3/2019).
"Saya pikir perubahan dalam toleransi risiko dan sentimen investor ini dapat berlanjut hingga pekan depan dan setidaknya hingga April. Laporan PMI manufaktur Jerman yang mengejutkan telah memberikan risiko ketidakpastian Brexit," ia menambahkan.
Ekonomi Melambat, Harga Emas Melambung | Equityworld Futures
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equityworld Futures
Rilis data ekonomi setelah bank sentral AS atau the Federal Reserve mengisyaratkan sebagian besar pembuat kebijakan tidak menaikkan suku bunga lagi pada 2019 dari perkiraan sebelumnya dua kenaikan suku bunga. Bank sentral juga menurunkan perkiraan pertumbuhan dan berjanji untuk tetap bersabar.
"Dengan berlalunya pertemuan FOMC terbaru, kita telah melihat Fed menghapus hampir setelah poin dari perkiraan pertumbuhan untuk 2019, menimbulkan kekhawatiran sekali lagi kalau pertumbuhan ekonomi di Eropa dan China melemah,dan menetapkan suku bunga stabil pada 2019," ujar Analis RBC Capital Markets, Christopher Lourney dalam catatannya.
"Untuk sementara kami percaya kalau kenaikan suku bunga the Fed terlalu dangka untuk benar-benar menahan emas, mungkin sekarang pasar dapat menaik beberapa keuntungan, meski tidak cukup untuk mengubah pandangan kami," ia menambahkan.
RBC memperkirakan emas berada di kisaran USD 1.300 dalam dua kuartal ke depan.
Selain itu, harga logamnya seperti palladium turun USD 42,20 atau 2,7 persen ke posisi USD 1.515,50 per ounce. Harga platinum susut 1,5 persen atau USD 12,70 menjadi USD 848,40 per ounce. Harga tembaga merosot 6,4 sen atau 2,2 persen menjadi USD 2,843 per pound.
Equityworld Futures
Senin, 25 Maret 2019
Jumat, 22 Maret 2019
Equityworld Futures | Kemarin Dibuai The Fed, Hari ini Dibangunkan Brexit
Equityworld Futures | Kemarin Dibuai The Fed, Hari ini Dibangunkan Brexit
Equityworld Futures | Pasar keuangan Indonesia bergerak menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan, nilai tukar rupiah, sampai harga obligasi pemerintah membukukan kinerja positif.
Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,29%. IHSG berhasil menembus level psikologis 6.500.
Sementara rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,32% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah berhasil terapresiasi selama 5 hari beruntun.
Kemudian imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 9,9 basis poin (bps). Penurunan yield mencerminkan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Investor memang sedang bersuka-cita, bersedia mengambil risiko, dan tidak ada yang mau bermain aman. Penyebabnya adalah keputusan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed yang menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau media 2,375%.
Bahkan dalam dot plot (arah suku bunga sampai jangka menengah) terbaruya, Jerome 'Jay' Powell dan kolega memperkirakan Federal Funds Rate tetap di median 2,375% sampai akhir 2019. Artinya, tidak ada kenaikan sama sekali pada tahun ini.
Harga Emas Turun dari Level Tertinggi | Equityworld Futures
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equityworld Futures
Pelaku pasar pun menghembuskan nafas lega. Satu faktor risiko sudah bisa dicoret dari daftar yaitu arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam. Sikap (stance) posisi The Fed yang kalem alias dovish membuat dolar AS sulit menguat tajam seperti tahun lalu, sehingga mata uang negara lain punya ruang untuk menguat.
Jadilah arus modal menyebar ke segala penjuru, termasuk ke Indonesia. Hasilnya jelas, IHSG sampai Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan performa yang memuaskan.
Bank Indonesia (BI) kemudian menempuh kebijakan serupa, menahan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate di 6%. The Fed yang kini anteng membuat BI punya ruang untuk 'bernafas', tidak ada lagi yang membuat BI tertekan sehingga mau tidak mau harus menaikkan suku bunga.
Equityworld Futures
Equityworld Futures | Pasar keuangan Indonesia bergerak menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan, nilai tukar rupiah, sampai harga obligasi pemerintah membukukan kinerja positif.
Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,29%. IHSG berhasil menembus level psikologis 6.500.
Sementara rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,32% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah berhasil terapresiasi selama 5 hari beruntun.
Kemudian imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 9,9 basis poin (bps). Penurunan yield mencerminkan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.
Investor memang sedang bersuka-cita, bersedia mengambil risiko, dan tidak ada yang mau bermain aman. Penyebabnya adalah keputusan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed yang menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau media 2,375%.
Bahkan dalam dot plot (arah suku bunga sampai jangka menengah) terbaruya, Jerome 'Jay' Powell dan kolega memperkirakan Federal Funds Rate tetap di median 2,375% sampai akhir 2019. Artinya, tidak ada kenaikan sama sekali pada tahun ini.
Harga Emas Turun dari Level Tertinggi | Equityworld Futures
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equityworld Futures
Pelaku pasar pun menghembuskan nafas lega. Satu faktor risiko sudah bisa dicoret dari daftar yaitu arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam. Sikap (stance) posisi The Fed yang kalem alias dovish membuat dolar AS sulit menguat tajam seperti tahun lalu, sehingga mata uang negara lain punya ruang untuk menguat.
Jadilah arus modal menyebar ke segala penjuru, termasuk ke Indonesia. Hasilnya jelas, IHSG sampai Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan performa yang memuaskan.
Bank Indonesia (BI) kemudian menempuh kebijakan serupa, menahan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate di 6%. The Fed yang kini anteng membuat BI punya ruang untuk 'bernafas', tidak ada lagi yang membuat BI tertekan sehingga mau tidak mau harus menaikkan suku bunga.
Equityworld Futures
Kamis, 21 Maret 2019
Equityworld Futures | Tertinggi Dalam 3 Pekan! Harga Emas Diangkat Sentimen Global
Equityworld Futures | Tertinggi Dalam 3 Pekan! Harga Emas Diangkat Sentimen Global
Equityworld Futures | Pada perdagangan Kamis siang ini (21/3/2019), harga emas masih betah berada di atas awan.
Hingga pukul 13:00 WIB, harga emas kontrak April di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melesat sebesar 1,30% ke posisi US$ 1.318,6/troy ounce, setelah melemah 0,37% kemarin (20/3/2019)
Adapun harga emas di pasar spot juga naik 0,49% ke posisi US$ 1.318,65/troy ounce, setelah menguat 0,45% pada perdagangan kemarin.
Selama sepekan harga emas di bursa COMEX dan spot telah menguat sebesar 1,81%. Sedangkan sejak awal tahun rata-rata kenaikan harga keduanya sebesar 2,86%.
Pada posisi saat ini, harga emas COMEX dan Spot sama-sama berada pada titik tertingginya sejak tiga minggu lalu, atau sejak 28 Februari 2019.
Dini hari tadi, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengumumkan hasil rapat bulanan yang telah digelar pada Selasa-Rabu (19-20/3/2019) lalu.
Sesuai dugaan, The Fed masih tetap menahan tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) pada kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Akan tetapi, ternyata keadaan perekonomian yang masih belum kunjung membaik, alias masih lambat memaksa The Fed untuk memangkas proyeksi suku bunga hingga akhir tahun 2019.
Hal tersebut terlihat dari dot plot (proyeksi arah suku bunga jangka menegah) yang berubah. Jika pada dot plot Desember 2019 proyeksi suku bunga The Fed berada di median 2,875% pada akhir 2019, pada dot plot terbaru nilainya turun menjadi 2,375%.
Ini berarti kemungkinan besar, FFR masih akan terus bertahan pada level yang sekarang, bahkan hingga akhir tahun 2019.
Akibatnya, kejayaan dolar yang terjadi pada tahun 2018 menjadi tinggal kenangan yang sukar untuk diulangi. Kala itu, The Fed menaikkan suku bunga hingga empat kali. Dolar menjadi tak punya lawan sebanding.
Tak hanya itu, Gubernur The Fed, Jerome Powell juga menuliskan bahwa bank sentral akan mulai menghentikan program quantitative easing secara bertahap mulai Mei mendatang, hingga habis total pada bulan September.
Seperti yang telah diketahui, sejak akhir 2017, bank sentral AS rajin melepas kepemilikan obligasi untuk mengurangi neraca yang gemuk. Setiap bulan, The Fed mengurangi sekitar US$ 50 miliar kepemilikan obligasi mereka yang mencapai sekitar US$ 4 triliun.
Alhasil kala itu likuiditas dolar di pasar akan semakin ketat, karena uang mengalir ke dalam simpanan The Fed. Semakin langka dolar beredar, maka greenback juga makin jaya.
Dengan berakhirnya pengurangan neraca, dampaknya akan mirip dengan menahan suku bunga. Secara umum, ini dapat dilihat sebagai akhir dari normalisasi kebijakan moneter di AS.
Harga Emas Antam Loncat Jadi Rp671.000 per Gram | Equityworld Futures
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equityworld Futures
Tanpa adanya normalisasi neraca, dolar akan sulit menahan tekanan-tekanan dari mata uang lain. Alias sulit menguat, bahkan rentan untuk terdepresiasi.
Sudah tentu keadaan ini membuat investor cenderung enggan untuk berlama-lama memegang dolar. Pasalnya, jika nilainya terdepresiasi, maka nilai kekayaan akan tergerus.
Emas pun menjadi gencar diburu investor karena sifatnya yang sering dijadikan pelindung nilai. Maklum, fluktuasi nilai emas memang relatif rendah dibandingkan instrumen beresiko lainnya.
Selain itu meningkatnya risiko perekonomian global juga semakin memantapkan hati investor untuk kembali mengoleksi emas.
Equityworld Futures
Equityworld Futures | Pada perdagangan Kamis siang ini (21/3/2019), harga emas masih betah berada di atas awan.
Hingga pukul 13:00 WIB, harga emas kontrak April di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melesat sebesar 1,30% ke posisi US$ 1.318,6/troy ounce, setelah melemah 0,37% kemarin (20/3/2019)
Adapun harga emas di pasar spot juga naik 0,49% ke posisi US$ 1.318,65/troy ounce, setelah menguat 0,45% pada perdagangan kemarin.
Selama sepekan harga emas di bursa COMEX dan spot telah menguat sebesar 1,81%. Sedangkan sejak awal tahun rata-rata kenaikan harga keduanya sebesar 2,86%.
Pada posisi saat ini, harga emas COMEX dan Spot sama-sama berada pada titik tertingginya sejak tiga minggu lalu, atau sejak 28 Februari 2019.
Dini hari tadi, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengumumkan hasil rapat bulanan yang telah digelar pada Selasa-Rabu (19-20/3/2019) lalu.
Sesuai dugaan, The Fed masih tetap menahan tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) pada kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Akan tetapi, ternyata keadaan perekonomian yang masih belum kunjung membaik, alias masih lambat memaksa The Fed untuk memangkas proyeksi suku bunga hingga akhir tahun 2019.
Hal tersebut terlihat dari dot plot (proyeksi arah suku bunga jangka menegah) yang berubah. Jika pada dot plot Desember 2019 proyeksi suku bunga The Fed berada di median 2,875% pada akhir 2019, pada dot plot terbaru nilainya turun menjadi 2,375%.
Ini berarti kemungkinan besar, FFR masih akan terus bertahan pada level yang sekarang, bahkan hingga akhir tahun 2019.
Akibatnya, kejayaan dolar yang terjadi pada tahun 2018 menjadi tinggal kenangan yang sukar untuk diulangi. Kala itu, The Fed menaikkan suku bunga hingga empat kali. Dolar menjadi tak punya lawan sebanding.
Tak hanya itu, Gubernur The Fed, Jerome Powell juga menuliskan bahwa bank sentral akan mulai menghentikan program quantitative easing secara bertahap mulai Mei mendatang, hingga habis total pada bulan September.
Seperti yang telah diketahui, sejak akhir 2017, bank sentral AS rajin melepas kepemilikan obligasi untuk mengurangi neraca yang gemuk. Setiap bulan, The Fed mengurangi sekitar US$ 50 miliar kepemilikan obligasi mereka yang mencapai sekitar US$ 4 triliun.
Alhasil kala itu likuiditas dolar di pasar akan semakin ketat, karena uang mengalir ke dalam simpanan The Fed. Semakin langka dolar beredar, maka greenback juga makin jaya.
Dengan berakhirnya pengurangan neraca, dampaknya akan mirip dengan menahan suku bunga. Secara umum, ini dapat dilihat sebagai akhir dari normalisasi kebijakan moneter di AS.
Harga Emas Antam Loncat Jadi Rp671.000 per Gram | Equityworld Futures
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equityworld Futures
Tanpa adanya normalisasi neraca, dolar akan sulit menahan tekanan-tekanan dari mata uang lain. Alias sulit menguat, bahkan rentan untuk terdepresiasi.
Sudah tentu keadaan ini membuat investor cenderung enggan untuk berlama-lama memegang dolar. Pasalnya, jika nilainya terdepresiasi, maka nilai kekayaan akan tergerus.
Emas pun menjadi gencar diburu investor karena sifatnya yang sering dijadikan pelindung nilai. Maklum, fluktuasi nilai emas memang relatif rendah dibandingkan instrumen beresiko lainnya.
Selain itu meningkatnya risiko perekonomian global juga semakin memantapkan hati investor untuk kembali mengoleksi emas.
Equityworld Futures
Rabu, 20 Maret 2019
Equityworld Futures | Berpotensi Bahaya, Asteroid Kuno Ini Bisa Tabrak Bumi?
Equityworld Futures | Berpotensi Bahaya, Asteroid Kuno Ini Bisa Tabrak Bumi?
Equityworld Futures | Asteroid kuno bernama Bennu, ternyata dinilai berpotensi bahaya bagi Bumi. Pasalnya, asteroid tersebut bisa saja menabrak Bumi jika terus berputar.
Dilansir Mirror pada Selasa (19/3/2019), asteroid berukuran 510 meter ini berputar dalam kecepatan 63.000 mil per jam.
Namun, ilmuwan NASA yang bekerja dalam misi OSIRIS-REx, mengklaim kalau kecepatan rotasi asteroid tersebut meningkat sebanyak 1 detik setiap abad.
Ini artinya, periode rotasi asteroid menjadi lebih pendek 1 detik setiap 100 tahun.
“Karena asteroid terus berputar lebih cepat dalam jutaan tahun, ia akan berputar tanpa arah dan kemungkinan bisa meledak dan menabrak atmosfer Bumi,” ujar Mike Nolan, ilmuwan dari Lunar and Planetary Laboratory di University of Arizona.
“Yang kami lakukan sekarang adalah dengan mendeteksi kecepatannya dan bekerja sama dengan misi OSIRIS-REx,” tandasnya.
Seperti diketahui, OSIRIS-REx juga mengirimkan robot untuk memasuki orbit asteroid Bennu pada 31 Desember 2018.
Rekor ini tak pelak menjadikan asteroid Bennu sebagai objek terkecil yang mampu dikelilingi sebuah robot pesawat luar angkasa.
“Tim kami terus mencoba untuk melakukan proses penerbangan ke orbit dengan manuver sempurna,” ujar investigator proyek OSIRIS-REx Dante Lauretta.
Setelah memasuki orbit, OSIRIS-REx akan terbang ke bagian kutub utara, kutub selatan, dan garis ekuator asteroid Bennu untuk mempelajari kandungan massanya.
Sejauh ini, masih minim diketahui soal karakteristik dan kandungan Bennu. Paling tidak, astronom sudah meneliti kalau asteroid kuno ini memiliki kandungan molekul dari atom oksigen dan hidrogen yang bergabung bersama, kandungan ini juga dikenal dengan nama hydroxyls.
Dolar Melemah Bawa Harga Emas Naik dan Paladium Cetak Rekor | Equityworld Futures
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equityworld Futures
Dalam misi yang direncanakan berjalan selama tujuh tahun ini, OSIRIS-REx akan mengumpulkan sampel dari asteroid Bennu mengandung senyawa organik yang sangat penting bagi kehidupan.
Sekadar informasi Bennu terdiri dari molekul karbon yang berasal dari masa awal Tata Surya sekitar 4,5 miliar tahun lalu.
Air, yang merupakan komponen vital untuk kehidupan, bisa juga terperangkap di dalam mineral-mineral asteroid ini.
Equityworld Futures
Equityworld Futures | Asteroid kuno bernama Bennu, ternyata dinilai berpotensi bahaya bagi Bumi. Pasalnya, asteroid tersebut bisa saja menabrak Bumi jika terus berputar.
Dilansir Mirror pada Selasa (19/3/2019), asteroid berukuran 510 meter ini berputar dalam kecepatan 63.000 mil per jam.
Namun, ilmuwan NASA yang bekerja dalam misi OSIRIS-REx, mengklaim kalau kecepatan rotasi asteroid tersebut meningkat sebanyak 1 detik setiap abad.
Ini artinya, periode rotasi asteroid menjadi lebih pendek 1 detik setiap 100 tahun.
“Karena asteroid terus berputar lebih cepat dalam jutaan tahun, ia akan berputar tanpa arah dan kemungkinan bisa meledak dan menabrak atmosfer Bumi,” ujar Mike Nolan, ilmuwan dari Lunar and Planetary Laboratory di University of Arizona.
“Yang kami lakukan sekarang adalah dengan mendeteksi kecepatannya dan bekerja sama dengan misi OSIRIS-REx,” tandasnya.
Seperti diketahui, OSIRIS-REx juga mengirimkan robot untuk memasuki orbit asteroid Bennu pada 31 Desember 2018.
Rekor ini tak pelak menjadikan asteroid Bennu sebagai objek terkecil yang mampu dikelilingi sebuah robot pesawat luar angkasa.
“Tim kami terus mencoba untuk melakukan proses penerbangan ke orbit dengan manuver sempurna,” ujar investigator proyek OSIRIS-REx Dante Lauretta.
Setelah memasuki orbit, OSIRIS-REx akan terbang ke bagian kutub utara, kutub selatan, dan garis ekuator asteroid Bennu untuk mempelajari kandungan massanya.
Sejauh ini, masih minim diketahui soal karakteristik dan kandungan Bennu. Paling tidak, astronom sudah meneliti kalau asteroid kuno ini memiliki kandungan molekul dari atom oksigen dan hidrogen yang bergabung bersama, kandungan ini juga dikenal dengan nama hydroxyls.
Dolar Melemah Bawa Harga Emas Naik dan Paladium Cetak Rekor | Equityworld Futures
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equityworld Futures
Dalam misi yang direncanakan berjalan selama tujuh tahun ini, OSIRIS-REx akan mengumpulkan sampel dari asteroid Bennu mengandung senyawa organik yang sangat penting bagi kehidupan.
Sekadar informasi Bennu terdiri dari molekul karbon yang berasal dari masa awal Tata Surya sekitar 4,5 miliar tahun lalu.
Air, yang merupakan komponen vital untuk kehidupan, bisa juga terperangkap di dalam mineral-mineral asteroid ini.
Equityworld Futures
Langganan:
Komentar (Atom)