Equityworld Futures | Setelah PBoC, Kini Giliran Dolar AS yang Tekan Harga Emas
Equityworld Futures | Harga emas dunia melemah pada perdagangan Selasa (4/2/2020) melanjutkan pelamahan awal pekan kemarin.
Pada pukul 15:39 WIB, emas melemah 0,43% ke level US$ 1.569,38/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Harga emas dunia melemah meski penyebaran virus corona belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Sejauh ini lebih dari 400 orang meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti lebih dari 20.000 orang, dan sudah menyebar ke 27 negara.
Namun, penyebaran virus tersebut belum mampu mendongkrak kinerja emas yang menyandang status aset aman (safe haven). Sebabnya, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang menggelontorkan stimulus guna mencegah terjadinya gejolak di pasar finansial akibat virus corona.
Senin kemarin PBoC menyuntikkan likuiditas melalui program reverse repo. CNBC International melaporkan, PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% dan menyuntikkan likuiditas mencapai 1,2 triliun yuan (US$ 174 miliar) di pasar.
Efek dari kebijakan tersebut mulai terlihat, bursa saham Asia menghijau pada hari ini.
"Fakta PBoC mengantisipasi dampak virus corona telah membuat emas melemah. Ketakutan di pasar Asia berkurang dan mereka tidak membeli emas ... tapi ada efek penekan besar dalam jangka panjang yang harus dipertimbangkan, mengingat 50% dari China masih tanpa aktivitas di pekan ini, dan akan ada penurunan dari sisi produksi dan konsumsi" kata Stephen Innes, kepala ahli strategi pasar di AxiCorp, sebagaimana dilansir CNBC International Senin (3/2/2020).
Tekanan bagi emas semakin besar akibat indeks dolar AS yang menguat. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menguat 0,14% hingga sore ini, dan Senin kemarin melesat 0,42%.
Equityworld Futures
Emas dunia merupakan aset yang dibanderol dengan dolar AS, ketika Mata Uang Paman Sam tersebut menguat harga emas akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berisiko tertekan.
Dolar AS mendapat momentum penguatan setelah Institute for Supply Management (ISM) Senin kemarin melaporkan aktivitas manufaktur di Negeri Paman Sam berekspansi untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir Januari lalu.
ISM melaporkan purchasing managers' index (ISM) bulan Januari naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.
Rilis data tersebut menjadi kabar bagus bagi ekonomi AS memasuki tahun 2020, yang tentunya mengecilkan peluang suku bunga di AS kembali dipangkas, dolar AS menguat dan emas kembali tertekan.