Rabu, 17 Juli 2019

Equity World | Bursa Asia Lesu, IHSG Terseret dari Level 6.400

Equity World | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (16/7/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup ditutup melemah 0,11 persen atau 7,27 poin ke level 6.394,61 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Selasa (16/7), IHSG berakhir terkoreksi 0,25 persen atau 16,35 poin di level 6.401,88.

Indeks mulai tergelincir dari level 6.400 dengan dibuka turun 0,10 persen atau 6,42 poin di posisi 6.395,46 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.377,50 – 6.403,50.

Delapan dari sembilan sektor ditutup melemah, didorong oleh sektor aneka industri yang melemah 3,66 persen dan disusul sektor infrastruktur yang melemah 0,51 persen. Adapun hanya sektor barang konsumsi yang positif dengan penguatan 0,96 persen.

Dari 652 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 164 saham menguat, 254 saham melemah, dan 234 saham lainnya stagnan.

Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing melemah 4,70 persen dan 1,24 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG hari ini.

Indeks saham lainnya di Asia cenderung melemah dengan volume perdagangan cenderung tipis. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang melemah masing-masing 0,31 persen dan 0,08 persen.

Di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 melemah masing-masing 0,2 persen dan 0,06 persen, indeks Hang Seng melemah 0,09 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,91 persen.

Dilansir Reuters, sentimen untuk aset berisiko terbebani setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS dan China masih memerlukan waktu yang panjang sebelum dapat mencapai kesepakatan dagang.

Tak hanya itu, Trump juga mengancam dapat memberlakukan tarif lebih lanjut terhadap barang-barang asal China senilai US$325 miliar apabila diperlukan.

Padahal, dirinya  dan Presiden China Xi Jinping telah sepakat untuk menunda penambahan tarif dalam gencatan senjata perang dagang yang dicapai pada pertemuan terakhir mereka di Osaka bulan lalu.

Dampak kebuntuan sengketa perdagangan antara dua negara berekonomi terbesar dunia ini terlihat jelas dalam rilis data dari Singapura, di mana ekspornya lanjut melemah pada Juni.

Data dari Enterprise Singapore yang dirilis Rabu (17/7) mencatat ekspor domestik non-minyak turun 17,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), lebih dalam dari pelemahan pada Mei yang mencapai 16,3 persen.

Sementara itu, data yang mengejutkan datang dari penjualan ritel AS yang dirilis semalam, yang melampaui pelemahan dalam output industri untuk kuartal kedua tahun ini. Namun, data tersebut hampir tidak menggerakkan spekulasi pasar pada pemotongan suku bunga Federal Reserve bulan ini.


Equity World


IHSG Berakhir Terpeleset ke Level 6.394 Iringi Kejatuhan Bursa Asia | Equity World

Presiden The Fed Wilayah Chicago, Charles Evans menggembar-gemborkan penurunan suku bunga the Fed yang lebih agresif, meningkatkan probabilitas pemangkasan sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan The Fed akhir bulan ini menjadi 25 persen. Sementara itu, probabilitas pemangkasan sebesar 25 basis poin telah mencapai 100 persen,

"Kami tidak mengharapkan data (ritel) yang solid ini berdampak pada keputusan Fed untuk menurunkan suku bunga pada akhir bulan," kata Michelle Girard, kepala ekonom AS di NatWest Markets, seperti dikutip Reuters.

"The Fed tahu konsumen AS kuat; mereka khawatir tentang risiko penurunan yang terkait dengan pertumbuhan global dan investasi manufaktur/bisnis yang lemah, itulah sebabnya mereka percaya pemotongan suku bunga merupakan hal yang tepat," lanjutnya.

Equity World | Data Ritel AS Positif, Harga Emas Kembali Tergelincir

Equity World | Data Ritel AS Positif, Harga Emas Kembali Tergelincir

Equity World | Harga emas turun pada perdagangan hari Selasa. Penurunan ini setelah angka data penjualan ritel AS lebih baik dari perkiraan. Data ini sekaligus menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan mendorong dolar lebih kuat.

Dikutip dari CNBC, Rabu (17/7/2019), harga emas di pasar spot turun 0,45 persen menjadi USD 1,407.38 per ounce. Dan harga emas berjangka AS juga turun 0,33 persen menjadi USD 1,408.9 per ounce.

“Pasar (emas) lebih bergantung pada faktor makro untuk bisa mendorongnya kembali menguat. Jika kami terus melihat data yang lebih kuat seperti angka ritel, itu menghadirkan peluang bagi pasar,” kata Suki Cooper, analis logam mulia di Standard Chartered Bank.

Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel naik 0,4 persen bulan lalu karena konsumsi rumah tangga meningkatkan berkat penjualan kendaraan bermotor dan berbagai barang lainnya.

Survei Reuters memperkirakan penjualan ritel naik 0,1 persen pada Juni. Akibat ini, Dolar menguat 0,4 persen terhadap rival utama pasca data AS yang optimis.

"Kami telah melihat kembalinya skenario peluang pasar yang lebih jelas, berkat data yang data yang kuat, yang dapat mencegah Fed AS dari pemangkasan suku bunga, sehingga memiliki implikasi besar pada pasar," kata analis pasar senior OANDA, Craig Kata Erlam.


Equity World


Dibuat Bingung Data Ekonomi AS & The Fed, Emas Mau Ke Mana? | Equity World


Data penjualan ritel muncul menjelang keputusan bank sentral. Di sisi lain Bank Sentral Eropa juga akan jatuh tempo pada 25 Juli dan The Fed diperkirakan akan memberikan penurunan suku bunga AS setelah itu.

Dengan suku bunga yang lebih tinggi akan membuat dolar kembali menguat.

Melihat perkembangan perdagangan AS-China, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan dia dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan mengadakan pembicaraan perdagangan lebih lanjut dengan rekan-rekan China minggu ini. Ini menjadi bagian dari upaya untuk mengakhiri perang dagang yang telah membebani pasar.

Selasa, 16 Juli 2019

Equity World | Investor Tunggu Data Ekonomi AS, Bursa Asia Menguat Terbatas

Equity World | Investor Tunggu Data Ekonomi AS, Bursa Asia Menguat Terbatas

Equity World | Sebagian besar pasar saham Asia menguat terbatas pada perdagangan Selasa (16/7/2019) karena investor menunggu data penjualan ritel dan pendapatan perusahaan AS.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang bertahan menguat 0,3 persen, dengan pelemahan di bursa saham China membatasi kenaikan di bursa lain di regional.

Indeks CSI300 China melemah 0,3 persen karena investor cemas perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan dampak dari perang perdagangan dengan  AS, bahkan ketika data baru menyoroti upaya Beijing untuk meningkatkan pengeluaran.

Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,4 persen dan saham di Taiwan naik 0,1 persen. Pasar Australia merosot 0,1 persen, tidak tergerak oleh rilis risalah yang dovish dari pertemuan Reserve Bank of Australia.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang melemah masing-masing 0,69 persen dan 0,48 persen.

Data ekonomi China yang dirilis Senin memberikan beberapa bantuan kepada investor yang khawatir tentang prospek ekonomi, tetapi tekanan pada bisnis global dan investasi serta perang perdagangan dan perlambatan pertumbuhan dunia memperkuat harapan pelonggaran kebijakan oleh bank sentral utama.

"Pemotongan suku bunga AS akan membuat bank sentral di Asia lebih mudah untuk melonggarkan kebijakan mereka, sehingga mendorong permintaan domestik di kawasan itu," kata Yukino Yamada, analis senior di Daiwa Securities, seperti dikutip Reuters.

"Kami masih tidak tahu apa yang diharapkan dari perang perdagangan AS-China... Tetapi ada harapan yang tidak jelas bahwa Trump akan diam selama musim panas dan masalah ini akan dikesampingkan hingga mendekati Hari Nasional China (di awal Oktober)," lanjutnya.

Kemarin malam, Presiden AS Donald Trump tidak menunjukkan tanda-tanda melunakkan sikapnya terhadap China, setelah memperingatkan bahwa Washington dapat memberikan lebih banyak tekanan jika pembicaraan perdagangan terhenti.

Equity World


AS-China Kian Mesra, Bursa Saham Asia Menghijau | Equity World


Data ekonomi AS pada hari Selasa diperkirakan menunjukkan bahwa penjualan ritel naik 0,1 persen pada bulan Juni, menurut estimasi median ekonom yang disurvei Reuters. Tetapi penurunan marjin bunga bersih yang dilaporkan oleh Citigroup dalam laporan triwulanan menggarisbawahi risiko bagi perusahaan keuangan di lingkungan dengan suku bunga yang lebih rendah.

Penurunan tersebut sebagian dibayangi angka laba yang lebih baik dari perkiraan, yang memicu jatuhnya saham bank di tengah kekhawatiran bahwa hal itu akan menurunkan laba di seluruh industri.

"Jelas risiko terbesar untuk reli terbaru adalah musim pendapatan," kata Ryan Felsman, ekonom senior di CommSec di Sydney.

Equityworld Futures | Musim Laporan Keuangan Tiba, Wall Street Ditutup Menguat

Equityworld Futures | Musim Laporan Keuangan Tiba, Wall Street Ditutup Menguat

Equityworld Futures | Wall Street ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (15/7/2019) waktu setempat. Investor bersikap hati-hati menatap musim laporan keuangan emiten kali ini. Faktor perlambatan ekonomi China juga menjadi sentimen penggerak bursa.

Dow Jones Industrial Average ditutup naik 27,13 poin atau 0,1% ke level 27.359,16. Kemudian S&P 500 berada pada level 3.014,30. Sedangkan Nasdaq Composite menguat 0,2% menjadi 8.258,19.

Citigroup memulai earning seasons dengan melaporkan keuntungan pada kuartal II-2019. Hal itu melampaui ekspektasi analis. Imbasnya, saham perseroan sempat diperdagangkan lebih tinggi sebelum ditutup melemah tipis 0,1%. Bank-bank besar lainnya seperti J.P. Morgan Chase, Morgan Stanley, Bank of America, dan Goldman Sachs dilaporkan akan melaporkan kinerja keuangannya pada akhir pekan ini.

Sentimen lain berasal dari China. Biro Statistik Negeri Tirai Bambu mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China kuartal kedua tahun ini ada di 6,2% secara tahunan atau sesuai ekspektasi analis. Capaian tersebut menandai laju pertumbuhan ekonomi kuartalan terlemah setidaknya dalam 27 tahun atau sejak 1992, dilansir dari Reuters.

Meskipun demikian, data ekonomi China lainnya terbilang menggembirakan. Pasalnya produksi industri dan penjualan barang-baran ritel bulan Juni tumbuh di atas konsensus pasar dengan perolehan masing-masing 6,3% dan 9,8% year-on-year (YoY), dilansir Trading Economics.

Equityworld Futures

Gara-gara China, Harga Emas Bisa Jeblok? | Equityworld Futures


Lebih lanjut, Presiden AS Donald Trump mengomentari data ekonomi China lewat cuitan di akun pribadi Twitter-nya mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi China "adalah alasan mengapa China ingin membuat kesepakatan", dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, Bursa Eropa pada perdagangan Senin (15/7/2019) ditutup di teritori positif. Selama perdagangan kemarin, pergerakan bursa begitu dinamis lantaran perlambatan ekonomi China sebagai dampak perang dagang dengan AS. The pan-European Stoxx 600 rebound dan ditutup menguat 0,48%. Investor juga masih mencermati data ekonomi terbaru dari Negeri Tirai Bambu tersebut.